Dahsyatnya Sakaratul Maut, Seperti Apa Persiapan Kita?

Setiap yang bernyawa pasti akan mati, dan untuk menuju kematian tersebut seorang manusia akan menghadapi sakaratul maut, yang merupakan proses tercabutnya nyawa dari  raga.
Kesakitan dan kengerian yang luar biasa dahsyatnya menjadi gambaran bagaimana sakaratul maut terjadi. Sebagai peringatan bagi siapapun yang masih diberikan kesempatan untuk betaubat dan memperbaiki diri dengan beramal shalih.
Dalam sebuah kisah diceritakan bagaimana Nabi Idris Alaihissalam meminta Malaikat Izrail untuk mencabut nyawanya agar beliau lebih giat dalam beribadah setelah mengetahui sakitnya sakaratul maut.
Dengan izin Allah, maka dikabulkanlah permohonan Nabi Idris sehingga Malaikat Izrail pun mencabut nyawanya. Dan dengan izin Allah pula, Nabi Idris dihidupkan kembali sehingga Malaikat Izrail pun bertanya kepada Nabi Idris AS perilah sakaratul maut yang dialaminya.
Nabi Idris menjawab pertanyaan Malaikat maut: “Sesungguhnya rasa sakaratul maut itu aku umpamakan seperti  binatang  hidup yang dikelupas kulitnya (dikuliti hidup-hidup), dan bahkan seribu kali lebih sakit rasanya.”
Malaikat Izrail pun mengatakan bahwasanya dia mencabut nyawa Nabi Idris secara halus dan sangat hati-hati, dimana hal itu belum pernah dilakukan sebelumnya.
Rasa sakit yang begitu luar biasa ketika sakaratul maut, juga pernah digambarkan oleh sahabat Rasulullah SAW, Amr bin Ash kepada anaknya menjelang wafatnya beliau:
“Wahai anakku!  Demi Allah, seolah badanku berada dalam keranjang pakaian, dan seolah aku bernafas dengan jarum beracun, seolah-olah dahan berduri ditarik dari kedua kakiku sampai ujung ubun-ubunku.”
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi was Sallam bersabda: “Sakitnya sakaratul maut bagaikan tusukan (dalam riwayat lain sabetan) tigaratus pedang.” (HR. Tirmidzi).
Dalam riwayat lain disebutkan bahwasanya sakaratul maut atau kematian yang paling ringan diibaratkan sebagai sebatang pohon penuh duri yang menancap pada selembar kain sutera dan bila duri itu dicabut tidak akan mengoyak kain sutera tersebut (baca: tanda kematian). Sedangkan dalam riwayat lain disebutkan bahwa sakaratul baut bisa diumpamakan mengambil sehelai rambut dari tepung.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.” (QS. Qaf: 19).
Begitu dahsyatnya sakaratul maut yang dialami menjelang kematian, hingga dalam riwayat Ibnu Hibban, Umar bin Khattab menjelang wafat mengatakan:
“Jika saja aku memiliki emas memenuhi bumi, akan aku jadikan sebagai tebusan pada hari ini (karena beratnya) haulul mathla’ atau sekarat dan kengerian penempakan siksa kubur dan akhirat.”
Bahkan sebelumnya Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam juga pernah bersabda:
“Janganlah kalian mengharap-harapkan kematian, karena sesungguhnya haulul mathla’ (sekarat dan kengerian penampakan siksa kubur dan akhirat) itu sangat keras dan sesungguhnya kebahagiaan ada pada panjangnya usia seorang hamba, kemudian Allah memberikan rezeki bertaubat.” (HR. Ahmad).
Dalam sebuah riwayat, dikisahkan bagaimana detik-detik menjelang wafatnya Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dimana Rasulullah mengalami sakaratul maut yang begitu dahsyat, hingga Malaikat Jibril tidak tega melihatnya.
Rasulullah SAW sangat memperhatikan umatnya, hingga beliau pun meminta semua siksa maut ditimpakan kepadanya dan jangan kepada umatnya. Perlu diketahui bahwa, Allah mengutus Malaikat Izrail untuk mencabut ruh Rasulullah dengan cara yang paling lembut.
Mengenai dahsyatnya sakaratul maut yang dialami oleh Rasulullah SAW tentu memunculkan pertanyaan, mengapa seorang yang shalih, kekasih Allah mengalami sakaratul maut yang begitu berat?
Perlu diketahui bahwa para nabi adalah orang-orang yang paling berat ujiannya, dimana hal itu bukanlah kekurangan dan juga adzab bagi mereka, melainkan untuk menyempurnakan keutamaan dan meninggikan derajat mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Aku tidak takut (menyaksikan) dahsyatnya sakaratul mautpada seseorang setelah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam.” (HR.  Bukhari).
Allah SWT Maha Pengasih dan Penyayang kepada hamba-Nya, sehingga bagi hamba yang beriman Allah memberikan kabar gembira pada kematiannya, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salamun ‘alaikum(keselamatan dan sejahtera bagimu) masuklah ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan,” (QS. An-Nahl:  32).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang mati syahid tidaklah mendapati sakitnya kematian kecuali seperti seseorang yang merasakan sakitnya cubitan atau sengatan.” (HR. Tirmidzi).
Sedangkan bagi orang-orang kafir, mereka akan mengalami sakaratul maut yang sangat pedih sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
“Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang kafir seraya memukul muka  dan belakang mereka (dan berkata): “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar.” (QS. Al-Anfal: 50).
Wallahu a’lam bish-shawab.












sumber:(tongkrongranislami.net)

0 komentar:

Post a Comment