Siapa sih yang ingin hidup menyendiri? Pertanyaan yang Anda sendiri bisa menjawabnya, dan saya kira semua orang akan menjawab dengan jawaban yang sama. Setiap manusia dilahirkan secara fitrah tidak bisa hidup sendiri, membutuhkan orang lain, termasuk jodoh. Jodoh yang memang bisa membuat diri kita, semakin dekat dengan Allah dan Rasul-Nya.
Jomblo adalah gelar yang disematkan kepada mereka yang belum menikah. Gelar yang terkadang membuat risih penyandangnya, yang membuat resah dan ingin bersegera melepas gelar tersebut. Tapi, tidak semua jomblo seperti itu. Justru ada yang bangga dengan kejombloannya, karena terhindar dari tradisi barat yang sering kita sebut dengan istilah pacaran.
Jomblo di negeri ini memang sangat banyak. Terbukti, akhir-akhir ini banyak sekali seminar-seminar tentang persiapan pernikahan. Mungkin, sebagian dari mereka masih belum memiliki ilmu yang cukup untuk membina rumah tangga. Selain itu, buku-buku yang membahas tentang indahnya menjomblo sampai halal pun banyak sekali.
Intinya, mempersiapkan diri sebelum menjemput jodoh impian. Bahkan, yang menceritakan lika-liku pencarian jodoh pun sangat banyak. Dari kegagalan-kegagalan mencari jodoh, hingga kisah kesuksesan meraih rumah tangga yang sakinah.
Ikhwan dan akhwat, dua jenis manusia yang ada di dunia jomblo. Selain itu, panggilan khas lainnya yaitu akhi dan ukhti. Sekilas memang menyenangkan, tapi dari sinilah terkadang kita tertipu. Tertipu, karena kita sering kali menjadikan standar aktivis dakwah, yang menurut kita sudah saleh atau salehah dan layak untuk dijadikan pasangan hidup. Tetapi ternyata kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Terbukti, banyak akhwat atau ikhwan yang mempermainkan perasaan, padahal mereka belum memiliki kesiapan serta niatan yang terkadang kurang benar.
Namun, di sisi lain ada yang menjaga hati dengan sangat hati-hati. Merekalah, jomblo dengan kualitas terbaik. Tidak mudah dipermainkan perasannnya oleh sesama jomblo. Mereka yang mampu menjaga kemuliaan dirinya dengan baik, mampu menjaga pandangan, mampu menjaga kehormatan, serta mencintai dan membenci hanya karena Allah. Merekalah, jomblo-jomblo yang paling dicari, laki-laki maupun perempuan.
Perempuan mana yang tega menolak lamaran lelaki dengan kualiatas terbaik. Lelaki yang bisa dikatakan saleh, indah akhlaknya, tinggi ilmu agamanya, tampan rupanya, memiliki pekerjaan yang baik, serta luas manfaatnya untuk lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, mana ada lelaki yang menyia-nyiakan seorang perempuan yang salehah, indah akhlaknya, tinggi ilmu agamanya, serta cantik parasnya, yang cerdas dan seperangkat fitur lengkap lainnya.
Tapi kenyaataannya, masih banyak lelaki dan perempuan yang berkualitas tapi masih sendiri alias jomblo. Banyak faktor yang menjadi penyebab mereka saat ini masih betah dengan kejombloannya. Antara lain: tuntutan pekerjaan, faktor keadaan ekonomi, kurang maksimalnya usaha mencari jodoh, dan sebagainya.
Alasan-alasan itulah yang selalu membayangi mereka. Padahal, di sisi lain, keinginan mereka untuk segera menikah begitu menggebu-gebu. Terutama pihak lelaki, di zaman sekarang yang apapun memerlukan biaya yang tidak murah, dituntut untuk mampu memberikan fasilitas terbaik untuk keluarga kecilnya kelak. Dari pihak perempuan, dituntut untuk bisa membantu menghasilkan tambahan untuk menyokong keadaan ekonomi keluarga.
Memang, persyaratan untuk menikah tidak serumit yang kita bayangkan (baca: nikah dalam islam). Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa terbuka dengan calon pasangan kita. Dengan memberikan informasi tentang kita seutuhnya saat proses ta’aruf. Meluruskan niat untuk menggenapkan separuh agama, akan menguatkan komitmen saat membina mahligai rumah tangga.
Bukankah lebih mudah dan bisa diterima jika si saleh dan si salehah menjalin ikatan suami istri. Keduanya sama-sama saleh, tinggi ilmu agamanya, indah akhlaknya, rupawan parasnya, dan tak ada lagi yang seharusnya dikhawatirkan. Bukankah, jika dua insan bekerjasama untuk menegakkan agama Allah serta mengikuti sunah Rasul, Allah akan memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya. Namun, masih banyak dari mereka yang pilih-pilih, atau mungkin masih ragu ketika ada seseorang yang ingin mengajak ta’aruf. Selain itu, rasa gengsi, malu, kurang percaya diri dari kedua pihak pun terkadang menjadi penyebabnya.
Si ikhwan malu untuk meminang si akhwat, karena sadar jika si akhwat kedudukannya lebih tinggi. Padahal, si akhwat sudah menunggu lama si ikhwan untuk meminangnya. Ada juga si akhwat yang memendam cinta pada seorang ikhwan yang diidamkan, namun tak berani mengungkapkan dengan alasan gengsi atau takut di cap akhwat agresif. Mungkin juga si ikhwan yang diidamkan sebenarnya mencintainya, namun khawatir jika keinginannya untuk meminang sang akhwat ditolak.
Tak lama kemudian, mereka mendapat kabar, jika sang ikhwan atau akhwat yang diidamkan ternyata menikah dengan orang lain. Mereka galau, mencoba menghibur diri, lalu menganggap ini sebagai cobaan hidup. Apakah ini memang cobaan hidup, atau mereka yang kurang maksimal usahanya? Lalu, siapa yang harus disalahkan? Hehehe.
Jika pada suatu hari, Anda sedang menyendiri tapi resah dengan kondisi kesendirian Anda, itu pertanda Anda harus segera melepas gelar jomblo secara terhormat. Jika nanti, Anda menemukan teman-teman Anda sudah menimang buah hati, lalu ada rasa untuk bisa seperti mereka, itu pertanda jika anda sudah pantas untuk menikah.
Seandainya nanti, Anda bertemu dengan seseorang yang membuat anda dekat dengan Allah dan Rasul-Nya, membuat Anda mantap untuk bekerjasama dunia akhirat, dengan standar yang sesuai syariat, kemungkinan dia adalah seseorang yang Anda tunggu selama ini. Tunggu apalagi, jangan sia-siakan dia yang saat ini mungkin menunggu kehadiran Anda dalam kehidupannya.
Jangan pernah malu untuk melakukan kebaikan, jika memang itu baik, lakukanlah. Saat ini tak perlu lagi ada rasa gengsi, malu dan tidak percaya diri. Termasuk untuk meminang seseorang. Allah menciptakan kita berpasang-pasangan, tugas kita bukan menjadi yang terbaik, tapi menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Bukankah lebih menyenangkan jika kita tidak sendiri, ada seseorang yang setia menemani kita di setiap langkah kita sesuai apa yang diperintahkan Allah.
Kita tak pernah tahu, apakah ajal atau jodoh yang terlebih dulu menjemput kita. Tapi, kita bisa memilih pasangan dan mengupayakany, setidaknya agar kita bisa menikah. Menikah karena Allah, karena seburuk-buruknya hamba dihadapan Allah adalah mereka yang kembali kepadaNya dalam keadaan membujang.
Berdoa lalu bersegeralah untuk menyiapkan semuanya. Jika saat ini anda masih sendiri, semoga dalam waktu dekat Allah mempertemukan dan menyatukan dengan jodoh anda, dalam ikatan pernikahan yang diberkahi-Nya. Aamiin.
Jangan pernah malu untuk melakukan kebaikan, jika memang itu baik, lakukanlah. Saat ini tak perlu lagi ada rasa gengsi, malu dan tidak percaya diri. Termasuk untuk meminang seseorang. Allah menciptakan kita berpasang-pasangan, tugas kita bukan menjadi yang terbaik, tapi menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Bukankah lebih menyenangkan jika kita tidak sendiri, ada seseorang yang setia menemani kita di setiap langkah kita sesuai apa yang diperintahkan Allah.
Kita tak pernah tahu, apakah ajal atau jodoh yang terlebih dulu menjemput kita. Tapi, kita bisa memilih pasangan dan mengupayakany, setidaknya agar kita bisa menikah. Menikah karena Allah, karena seburuk-buruknya hamba dihadapan Allah adalah mereka yang kembali kepadaNya dalam keadaan membujang.
Berdoa lalu bersegeralah untuk menyiapkan semuanya. Jika saat ini anda masih sendiri, semoga dalam waktu dekat Allah mempertemukan dan menyatukan dengan jodoh anda, dalam ikatan pernikahan yang diberkahi-Nya. Aamiin.
Mochammad Fadhlurrohman Nafis
Mahasiswa LIPIA
Twitter: @emefrahmanen
Mahasiswa LIPIA
Twitter: @emefrahmanen
0 komentar:
Post a Comment